Coaching untuk supervisi akademik

 


  • Mulai Dari Diri; Dalam sesi ini CGP diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan kegiatan observasi. Adapun pertanyaannya meliputi bagaimana perasaan ketika diobservasi, dan diminta untuk menceritakan bagaimana pengalaman saat diobservasi dan pengalaman pasca kegiatan observasi. Kemudian juga diminta untuk menjelaskan proses supervisi akademik yang ideal sehingga dapat membantu diri saya berkembang sebagai seorang pendidik, menggambarkan bagaimana posisi saya, jika saat ini menjadi seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi, sehubungan dengan gambaran ideal dari skala 1 s/d 10, dimana situasi belum ideal 1 dan situasi ideal 10, serta aspek apa saja yang dibutuhkan untuk dapat mencapai situasi ideal tersebut. Terakhir saya diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif, dan menuliskan harapan saya terkait modul 2.3.
  • Eksplorasi Konsep; Dalam kegiatan eksplorasi konsep terdapat banyak sekali pengetahuan baru yang dibelajarkan. Pada tahap ini CGP dituntun untuk bereksplorasi secara mandiri dalam memahami konsep Coaching. Diantaranya: (1) Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan, (2) Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching, (3) Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching, (4) Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching.
  • Ruang Kolaborasi; Ruang kolaborasi yang dibagi menjadi dua sesi, ruang kolaborasi ini dipandu oleh fasilitator Bapak Niamul Huda,S.T, M.Pd. Ruang kolaborasi sesi pertama yaitu latihan pelaksanaan kegiatan Coaching dengan rekan CGP. Pada sesi kedua, setiap pasangan CGP mempraktikan kegiatan Coaching, satu CGP berperan sebagai coach dan yang satunya berperan sebagai coachee. Pada kegiatan praktik Coaching ini menggunakan alur TIRTA yang direkam oleh fasilitator untuk kemudian diunggah pada LMS unggahan hasil praktik Coaching.
  • Demonstrasi Kontektual; Pada kegiatan demonstrasi kontekstual modul 2.3, CGP diminta untuk membuat sebuah video kegiatan praktik Coaching yang dilakukan secara kolaborasi dalam kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang. Dimana satu orang akan menjadi coach, satu orang berperan sebagai coachee, dan satu orang lagi sebagai pengamat. Setelah kegiatan Coaching selesai, pengamat memberikan tanggapan dan umpan balik kepada coach dan coachee berupa pernyataan-pernyataan mengenai pengembangan kompetensi Coaching berdasarkan data sesuai hasil pengamatan.  Setelah putaran satu rangkaian praktik percakapan Coaching selesai, maka CGP berganti peran dan melakukan percakapan Coaching putaran dua sampai putaran tiga.
  • Elaborasi Pemahaman; Pada kegiatan ini, CGP mengelaborasi pemahamannya tentang Coaching melalui proses tanya jawab dan diskusi. Sebelum mengadakan sesi elaborasi pemahaman bersama instruktur, CGP menuliskan hal-hal terkait konsep Coaching dalam modul ini, yaitu konsep Coaching dalam konteks pendidikan, prinsip dan paradigma berpikir Coaching sebagai, keterampilan dasar Coaching, Coaching dengan alur TIRTA dan supervisi akademik yang menggunakan paradigma berpikir Coaching. Kegiatan selanjutnya yaitu berdiskusi bersama instruktur Ibu Cahya Mulyati secara tatap maya  mengenai konsep Coaching dalam konteks pendidikan, khususnya pada ranah supervisi akademik. Pada sesi ini, CGP akan mendiskusikan hal  tersebut dan bersama-sama membuat kesepakatan pemahaman mengenai Coaching dalam konteks pendidikan.
  • Koneksi Antar Materi; Pada kegiatan ini, CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media.  CGP ditugaskan membuat refleksi kesimpulan yang disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas masing-masing. Ada beberapa pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu CGP membuat kaitan tersebut: (1) Bagaimana peran anda sebagai seorang  pelatih  di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi? (2) Bagaimana keterkaitan keterampilan  pembinaan  dengan pengembangan kompetensi pemimpin  pembelajaran?.
  • Aksi Nyata; Merupakan bagian terakhir dari alur belajar MERDEKA. Pada kegiatan aksi nyata, CGP akan melakukan rangkaian supervisi klinis dan percakapannya dengan pembinaan berpikir paradigma secara langsung dengan rekan sejawat. Rangkaian supervisi klinis ini terdiri dari kegiatan perencanaan sebelum observasi (pra-observasi), observasi dan pasca observasi berupa praktik percakapan pembinaan yang berhasil. Praktik rangkaian supervisi klinis percakapan Coaching ini akan dilaksanakan di komunitas sekolah masing-masing. CGP akan menjadi supervisor dan satu rekan sejawat menjadi guru yang akan diobservasi. Kegiatan tersebut direkam kemudian di unggah ke kanal  YouTube dan PMM (pada menu Bukti Karya).

Feeling (Perasaan)

Setelah mempelajari modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, saya semakin memahami bagaimana teknik dalam melakukan Coaching yang baik dalam kegiatan supervisi di sekolah, baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan murid, atau dengan warga sekolah lainnya.  Mulai dari awal pembelajaran materi tentang Coaching untuk supervisi akademik ini,  sampai pada kegiatan ruang kolaborasi, saya merasa mendapatkan pembelajaran yang sangat bermanfaat, khususnya dalam pengembangan pola pikir, pengelolaan emosi dan bagaimana membangun komunikasi yang baik, serta memiliki paradigma berpikir Among dan keterampilan Coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat. Dalam kegiatan Coaching, coach dan coachee sama-sama mendapatkan pembelajaran, yang bisa  dijadikan sebagai refleksi diri dan melakukan introspeksi atas semua hal yang selama ini telah dan yang akan dilakukan, baik dalam proses pembelajaran, ataupun masalah dan kegiatan lainnya.  

Finding (Pembelajaran)

Modul 2.3 memberikan banyak pembelajaran baru tentang Coaching untuk Supervisi Akademik. Dalam pembelajaran ini saya menjadi paham dan semakin tercerahkan, tentang bagaimana konsep Coaching dan perbedaan konsep antara coach dengan mentor, fasilitator, dan konselor. Salah satu teknik percakapan coaching yaitu menggunakan alur TIRTA yakni akronim dari Tujuan Utama/T, Identifikasi Masalah/I, Rencana Aksi/R, Tanggung Jawab/TA. Kegiatan Coaching ini sangat menarik bagi saya, untuk terus melakukan  pembenahan dalam membantu rekan sejawat, dan khususnya membantu murid dalam menyelesaikan  masalah yang dihadapinya. Masalah-masalah di sekolah terkait dengan pengembangan diri dalam rangka mewujudkan murid yang memiliki kematangan diri, dan menjadi pribadi yang siap, dan mampu mengelola dirinya sendiri untuk menghadapi berbagai tantangan dan berbagai masalah yang ada. Coaching dalam konteks pendidikan memiliki peran: (1) Coaching sebagai salah satu proses untuk menuntun belajar murid mencapai kekuatan kodratnya, (2) Coach memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat terpancar melalui dirinya, (3) Coach memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kenyamanan bagi coachee melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga bisa menumbuhkan rasa empati, saling menyayangi, menghormati dan menghargai antara guru dan murid. 

Future (Masa Depan)

Secara keseluruhan rangkaian kegiatan pembelajaran modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik ini, membuat saya bersemangat untuk terus berpacu melakukan perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan kompetensi diri. Untuk itu saya telah merancang tindakan aksi nyata penerapan praktik Coaching yang didasari oleh keinginan untuk melakukan praktik baik di lingkungan sekolah. Harapan saya dengan penerapan praktik Coaching di lingkungan sekolah bersama rekan sejawat dan warga sekolah lainnya, dapat mewujudkan pribadi yang mandiri dan dapat membantu murid untuk menuntun segala kekuatan kodratnya yang ada pada dirinya. Dengan praktik Coaching juga membantu murid untuk mampu hidup sebagai individu dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, serta menuntun murid untuk memperoleh kemerdekaan belajar di sekolah.

Komentar