Karakteristik Sastra Melayu Klasik | Ciri-ciri Sastra Klasik

    Untuk membedakan dengan bentuk sastra lainnya, berikut dirumuskan ciri-ciri sastra klasik, yang diramu dari pendapat Brunvand (1968), Danandjaja (1972), dan Achadiati Ikram (1997).

1. Penyebarannya secara lisan (oral), yaitu dari mulut ke mulut. Namun demikian, ada pula yang disebarkan lewat tulisan. Namun tentu saja penyalinannya tidak dengan alat percetakan, melainkan ditulis tangan. bahan-bahan tulisannya pun khas, yakni ada yang berasal dari kulit kayu, bambu, kertas padi, lontar, nipah, dan sejenisnya. 

2. Disebarkan dalam bentuk yang realtif tetap, atau dalam bentuk yang standar dan tersebar diatara kelompok tertentu, dalam kurun waktu yang cukup lama.

3. Nama pencipta sastra klasik biasanya sudah tidak diketahui lagi (anonympus). Dismping itu, memang ada juga karya klasik yang tertera pengarangnya. Hanya saja jumlahnya sedikit. Para pengarang yang kondang waktu itu, adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Samatrani, Nurudin al_raniri, Abdul Rauf Singkel, dan Tun Sri Lanang. Nama pengarang yang disebut paling akhir ini terkenal dengan karangan-karangannya yang bergaya populer untuk ukuran waktu itu. Karya-karyanya itu, antara lain Hikayat Raja-raja Pasai, Syair Ken Tambunan, Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Sri Rama, dan Hikayat Undakan Panurat. Selain itu, dikenal pula penulis seperti Abdullah bin Abdul Karim Munsyi dan Raja Ali Haji. 

4. Sastra klasik ada dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh cara penyebarannya, yang pada dasarnya secara dari mulut ke mulut. Walaupun demikian, perbedaannya hanya terletak pada hal yang kecil-kecil, sementara itu bentuk dasarnya masih identik. Suatu contoh, misalnya mitos Asal-Usul bangsa melayu yang tersebar di daerah masyarakat melayu.

5. Karya klasik ditandai oleh ungkapan-ungkapan klise (formulazired). Misalnya, dalam menggambarkan kecantikan seorang putri selalu dipakai kata-kata "seperti bulan empat belas", "tiada sebagainya pada masa itu".

6. Berfungsi kolektif, misalnya, sebagai media pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

7. Bersifat pralogis, yakni mempunyai logika sendiri yang tudak sesuai dengan logika umum.

8. merupakan milik bersama dari kolektif tertentu.

9. umumnya bersifat polos dan lugu, kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimaklumi karena cerita rakyat merupakan proyeksi manusia yang paling jujur manifestasinya.


Komentar

Posting Komentar