PERKEMBANGAN EMOSI, SOSIAL, DAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK (KB 3) | PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK | Resume
A.
Pengertian Perkembangan Emosi, Sosial, dan
Spiritual Peserta Didik
Emosi adalah
perasaan yang ada dalam diri individu. Emosi dapat berupa perasaan senang atau
tidak senang, perasaan baik atau buruk
Fungsi emosi
terhadap perkembangan anak antara lain (Darmiah 2020)
:
1. merupakan
bentuk komunikasi
2. emosi berperan
dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan
sosialnya
B.
Karakteristik Perkembangan Emosi, Sosial, dan
Spiritual
Lewis dan
Rosenblam (Stewart, 1985) mengutarakan proses terjadinya emosi atau mekanisme
emosi melalui lima tahapan :
1. elicitors,
yaitu adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa
2. receptors,
yaitu aktivitas dipusat system syaraf
3. state, yaitu
perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi
4. expression,
yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang diamati, seperti pada wajah, tubuh,
suara atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologis
5. experience,
yaitu persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya.
James Fowler
(dalam Desmita 2010) merumuskan theory of faith didasarkan pada teori
perkembangan psikososial Erikson yang mengacu pada tahapan kehidupan yang
terdiri dari 7 tahap perkembangan agama, yakni:
1. Tahap prima
faith
Tahapan
kepercayaan ini terjadi pada usia 0-2 tahun yang ditandai dengan rasa percaya
dan setia anak pada pengasuhnya
2. Tahap
intuitive-projective
Tahapan yang
berlangsung antara usia 2-7 tahun
3. Tahapa
mythic-literal faith
Dimulai dari
usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, sesuai dengan tahap kognitifnya, anak secara
sistematis mulai mengambil makna dari tradisi masyarakatnya
4. Tahap synthetic
conventional faith
Tahapan yang
terjadi pada usia 12-akhir masa remaja atau awal masa dewasa
5. Tahap
individuative-reflective faith
Tahapan yang
terjadi pada usia 19 tahun atau pada masa dewasa awal, pada tahap ini mulai
muncul sintesis kepercayaan dan tanggung jawab individual terhadap kepercayaan
tersebut
6. Tahap
conjunctive-faith
Tahapan yang
dimulai pada usia 30 tahun sampai masa dewasa akhir
7. Tahap
universalizing faith
Tahapan yang
berkembangan pada masa usia lanjut
C.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi,
Sosial, dan Spiritual Peserta Didik
1. Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Perkembangan
emosi yang muncul pada setiap anak berbeda antara satu dengan lainnya. Hal ini
disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya
dapat
disimpulkan terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak,
yakni:
a. Pengaruh
Keadaan Individu Sendiri
Ada lima jenis
kegiatan belajar yang turut menunjang pola perkembangan emosi anak yaitu:
1) Belajar secara
coba dan ralat (trial and error learning),
2) Belajar dengan
cara meniru (learning by imitation)
3) Belajar dengan
cara mempersamakan diri (learning by identification)
4) Belajar melalui
pengkondisian (conditioning) berarti belajar dengan cara asosiasi.
5) Pelatihan
(training), atau belajar dibawah bimbingan dan pengawasan
b. Konflik-konflik
dalam proses perkembangan
Faktor-faktor
yang menyebabkan perubahan perkembangan emosi anak adalah:
1) kesadaaran
kognitifnya yang telah meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan
berbeda dari tahap semula
2) imajinasi atau
daya khayalnya lebih berkembang
3) berkembangnya
wawasan sosial anak
c. Faktor
lingkungan
Faktor
lingkungan ini terbagi tiga, yakni:
1) Lingkungan
Keluarga
2) Lingkungan
tempat tingga
3) Lingkungan
sekolah,
2. Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Sama
halnya dengan perkembangan emosi, perkembangan sosial peserta didik juga
dipengaruhi beberapa faktor (Mayar 2013; Tirtayani and Asril 2014), yaitu :
a. Faktor individu
Faktor
individu ini termasuk kematangan
b. Faktor
Lingkungan Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya
Perkembangan
sosial di lingkungan keluarga juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
1) Status anak
dalam keluarga
2) Keutuhan
keluarga
3) Sikap dan
kebiasaan orang tua
c. Faktor Dari
Luar Rumah
Faktor di luar
rumah adalah wadah bagi anak untuk bersosialisasi di luar rumah anak akan
bertemu dengan orang yang lebih banyak, seperti teman sebaya, orang yang lebih
kecil darinya, orang dewasa, sehingga sosialnya akan berjalan sesuai dengan
perannya di lingkungan tersebut.
d. Faktor Pengaruh
Pengalaman Sosial Anak
Jika
seorang anak memiliki pengalaman sosial yang buruk, seperti tidak diperbolehkan
main keluar rumah oleh orang tuanya, maka hal itu, akan berpengaruh bagi proses
sosialisasinya kepada lingkungan sekitarnya yang berbeda di luar rumah
3. Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Spiritual
Adapun
faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan moral dan spiritual individu
mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan
banyak
faktor yang mempengaruhi, diantaranya yaitu:
1.
Lingkungan keluarga,
2.
Lingkungan sekolah
3.
Lingkungan pergaulan
4.
Lingkungan masyarakat
5.
Faktor genetis atau pengaruh sifat-sifat bawaan
(hereditas).
6.
Tingkat penalaran
7.
Teknologi
D.
Implikasi Perkembangan Emosi, Sosial,
dan Spiritual Peserta Didik dalam Pembelajaran
diperlukan
strategi untuk menangani perkembangan emosi peserta didik, yaitu.
1.
Guru dan orang tua tidak boleh membuat jarak
sosial,
2.
Guru atau orang tua harus terampil dalam
mengobservasi berbagai karakter emosi dan perilaku sosial anak
3.
Guru dan orang tua harus memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam merekam, mencatat, dan membuat prediksi tentang perbuatan
apa yang akan menyertai peserta didik
para
guru perlu menerapkan berbagai strategi dalam membantu peserta didik memperoleh
tingkah laku interpersonal yang efektif, yaitu:
1.
Mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial
dan strategi pemecahan masalah sosial
2.
Menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
3.
Memberikan label perilaku yang pantas
4.
Meminta siswa untuk memikirkan dampak dari
perilaku-perilaku yang mereka miliki
5.
Mengembangkan program mediasi teman sebaya.
Untuk
itu guru diharapkan mampu memberikan ruang belajar yang sensitif terhadap
perkembangan spiritual peserta didik, dengan cara:
1.
Menjadikan pendidikan wahana kondusif bagi
peserta didik untuk menghayati agamanya, tidak hanya bersifat teoritis, tetapi
penghayatan yang benar-benar dikonstruksi dari pengalaman keberagamaan
2.
Membantu peserta didik mengembangkan rasa
ketuhanan melalui pendekatan spiritual parenting seperti:
a.
Memupuk hubungan sadar anak dengan Tuhan
melalui doa setiap hari
b.
Menanyakan kepada anak sebagaimana Tuhan
terlibat dalam aktivitasnya seharihari
c.
Memberikan kesadaran kepada anak bahwa tuhan
akan membimbing kita apabila kita meminta
d.
Menyuruh anak merenungkan bahwa Tuhan itu ada
dalam jiwa mereka dengan cara menjelaskan bahwa mereka tidak dapat melihat diri
mereka tumbuh atau mendengar darah mengalir
3.
Materi yang disampaikan guru dalam kelas adalah
materi yang secara langsung dapat menyentuh permasalahan keagamaan yang dialami
peserta didik
Komentar
Posting Komentar