Polemik sisi lain covid-19
Dari nalar seorang pengangguran sementara.
Awal mula pemerintah menerapkan social distancing/psychal distancing dan sampe ke PSBB diberlakukan diberbagai daerah, salah satunya himbauan yang paling rame saat itu adalah masalah ibadah, karena pemerintah menghimbau untuk beribadah dirumah demi untuk memutus mata rantai penularan covid-19.
Sebut saja sholat Jumat, terjadi pro dan kontra disini walaupun hanya sebatas gremeng-gremeng antar tetangga. 😁
Mereka yg pro punya alasan tersendiri, salah satunya adalah nurut pemerintah, ada juga yg alasannya hari biasa aja saya males sholat Jumat ini kesempatan nih lagi masa dimana boleh tidak melaksanakn sholat Jumat dan diganti dengan sholat dzuhur di rumah. 😄
Lalu yg kontra juga banyak berbagai alasan, salah satunya adalah ah.. masjid daerah saya mah aman kok gak ada org luar, ada juga yg alasannya pake dalil 😁, tp kebanyakan ya cuma ikut ikutan aja tanpa memegang prinsip. Yg paling menyesakkan itu alasannya ah.. mati mah takdir (katanya gitu coba).
Seiring berjalannya waktu , keramaian tersebut surut.
Lalu, kini ada rame rame lagi "BANSOS".
ada berbagai macam bansos di masa pandemi ini, dan dari berbagai macam BANSOS tersebut tujuannya adalah meringankan masyarakat dari sulitnya ekonomi yang terdampak dari pandemi.
Terus, apa yang membuat rame ?? "Keinginan"
Yap masyarakat mayoritas ingin mendapatkan bansos tersebut, padahal pemerintah hanya memprioritaskan untuk yg bener bener merasa sulit dalam masa pandemi ini.
Banyak obrolan teras rumah saling menyalahkan dengan harapan "saya juga harus dapet dong, jangan dia aja yg dapet". Saya pusing nih gara-gara korona apa apa jadi susah, sampe sampe ada yg ngancem ngancem segala pokoknya harus adil (katanya gitu).
Akhirnya saya tarik benang merah, hai kawan... Kenapa ketika pemerintah menghimbau untuk beribadah di rumah kalian Yaqin akan takdir Tuhan ? Padahal himbauan tersebut merupakan sebuah upaya/ikhtiar untuk tidak membahayakan diri sendiri ataupun org lain.
Lalu kenapa ketika ada pembagian bansos kalian saling ngotot untuk bisa mendapatkan sampe-sampe kalian saling menuduh, saling membenci, saling berprasangka buruk.
Bukankah Rizki juga sebuah takdir Tuhan ???
Ingatlah, Bansos covid-19 ini hanya untuk masyarakat yg benar benar membutuhkan dan serasa sangat sulit untuk mendapatkan hanya sekedar makan sehari-hari karena dampak dari pandemi, bukan untuk mereka yg sulit untuk bisa membeli es kelapa muda, untuk beli kopi dalgona atau untuk membeli kurma untuk takjil buka puasa apalagi untuk angsuran motor barunya.
Terus gmn dong ???
Pemrisa, masa sulit ini sejatinya kita sendiri yang bisa mengatasinya.
Kita disuruh memilih oleh pemerintah mau lama atau cepat kita berada dalam masa pandemi ini, jika mau cepat ya nurut lah himbauan pemerintah, jika mau lama ya sakarepmu, susah susah dewek nangis nangis dewek.
Tapi, pemerintah setengah setengah dalam menangani covid-19 ini.
Gini loh, Indonesia itu jika dianalogikan sebagai sebuah rumah tangga mah , rumah tangga yang masih berpenghasilan UMK yg masih mempunyai angsuran kredit kompor, jika keuangan jor joran dikeluarkan semua akan berdampak lebih parah. Jika Karena pandemi hanya neneknya yg meninggal dunia, mungkin klo karena faktor ekonomi bisa bisa si istri cari suami lagi, maka hancurlah sebuah rumah tangga.😁
Terus gmn ???
Jalan satu satunya ya kita patuhi protokol covid-19, kita semua selamat ekonomi Negara aman, dan istri bisa belanja buat makan.😀
Tetap saling jaga.
Saling waspada.
Teruslah berdoa.
Dari nalar seorang pengangguran sementara.
Awal mula pemerintah menerapkan social distancing/psychal distancing dan sampe ke PSBB diberlakukan diberbagai daerah, salah satunya himbauan yang paling rame saat itu adalah masalah ibadah, karena pemerintah menghimbau untuk beribadah dirumah demi untuk memutus mata rantai penularan covid-19.
Sebut saja sholat Jumat, terjadi pro dan kontra disini walaupun hanya sebatas gremeng-gremeng antar tetangga. 😁
Mereka yg pro punya alasan tersendiri, salah satunya adalah nurut pemerintah, ada juga yg alasannya hari biasa aja saya males sholat Jumat ini kesempatan nih lagi masa dimana boleh tidak melaksanakn sholat Jumat dan diganti dengan sholat dzuhur di rumah. 😄
Lalu yg kontra juga banyak berbagai alasan, salah satunya adalah ah.. masjid daerah saya mah aman kok gak ada org luar, ada juga yg alasannya pake dalil 😁, tp kebanyakan ya cuma ikut ikutan aja tanpa memegang prinsip. Yg paling menyesakkan itu alasannya ah.. mati mah takdir (katanya gitu coba).
Seiring berjalannya waktu , keramaian tersebut surut.
Lalu, kini ada rame rame lagi "BANSOS".
ada berbagai macam bansos di masa pandemi ini, dan dari berbagai macam BANSOS tersebut tujuannya adalah meringankan masyarakat dari sulitnya ekonomi yang terdampak dari pandemi.
Terus, apa yang membuat rame ?? "Keinginan"
Yap masyarakat mayoritas ingin mendapatkan bansos tersebut, padahal pemerintah hanya memprioritaskan untuk yg bener bener merasa sulit dalam masa pandemi ini.
Banyak obrolan teras rumah saling menyalahkan dengan harapan "saya juga harus dapet dong, jangan dia aja yg dapet". Saya pusing nih gara-gara korona apa apa jadi susah, sampe sampe ada yg ngancem ngancem segala pokoknya harus adil (katanya gitu).
Akhirnya saya tarik benang merah, hai kawan... Kenapa ketika pemerintah menghimbau untuk beribadah di rumah kalian Yaqin akan takdir Tuhan ? Padahal himbauan tersebut merupakan sebuah upaya/ikhtiar untuk tidak membahayakan diri sendiri ataupun org lain.
Lalu kenapa ketika ada pembagian bansos kalian saling ngotot untuk bisa mendapatkan sampe-sampe kalian saling menuduh, saling membenci, saling berprasangka buruk.
Bukankah Rizki juga sebuah takdir Tuhan ???
Ingatlah, Bansos covid-19 ini hanya untuk masyarakat yg benar benar membutuhkan dan serasa sangat sulit untuk mendapatkan hanya sekedar makan sehari-hari karena dampak dari pandemi, bukan untuk mereka yg sulit untuk bisa membeli es kelapa muda, untuk beli kopi dalgona atau untuk membeli kurma untuk takjil buka puasa apalagi untuk angsuran motor barunya.
Terus gmn dong ???
Pemrisa, masa sulit ini sejatinya kita sendiri yang bisa mengatasinya.
Kita disuruh memilih oleh pemerintah mau lama atau cepat kita berada dalam masa pandemi ini, jika mau cepat ya nurut lah himbauan pemerintah, jika mau lama ya sakarepmu, susah susah dewek nangis nangis dewek.
Tapi, pemerintah setengah setengah dalam menangani covid-19 ini.
Gini loh, Indonesia itu jika dianalogikan sebagai sebuah rumah tangga mah , rumah tangga yang masih berpenghasilan UMK yg masih mempunyai angsuran kredit kompor, jika keuangan jor joran dikeluarkan semua akan berdampak lebih parah. Jika Karena pandemi hanya neneknya yg meninggal dunia, mungkin klo karena faktor ekonomi bisa bisa si istri cari suami lagi, maka hancurlah sebuah rumah tangga.😁
Terus gmn ???
Jalan satu satunya ya kita patuhi protokol covid-19, kita semua selamat ekonomi Negara aman, dan istri bisa belanja buat makan.😀
Tetap saling jaga.
Saling waspada.
Teruslah berdoa.
Komentar
Posting Komentar