Pernah nggak terpikirkan membawa balita naik gunung? Buat sebagian
orang mungkin ide ini terdengar nekad. Gila aja bawa anak kecil naik
gunung? Udara di atas sana kan seringkali ekstrim, orang dewasa aja
belum tentu bisa survive apalagi balita? Well … let me tell one thing
about kids. They may be small but the truth is inside that tiny little
body there is a huge spirit and energy that will surprise you.
Jeff Alt, penulis buku Get Your Kids Hiking: How to Start Them Young and Keep It Fun, mengatakan bahwa sebaiknya para orangtua membawa anaknya berpetualang di alam terbuka sejak dini. Tak perlu pergi jauh dulu, cukup dengan mengenalkan mereka pada alam dan membiarkan mereka mengamati secara langsung. Kegiatan di alam terbuka inilah yang kelak akan membuat mereka lebih mudah bersosialisasi dan peka terhadap lingkungan.
Setuju banget dengan pendapat Jeff Alt di atas. Ini bukan sekedar omongan belaka. Sebagai seorang ibu yang sudah terbiasa memboyong si kecil untuk traveling sejak bayi, aku sudah membuktikan berkali-kali bahwa tubuh anak-anak yang kelihatannya ringkih itu ternyata jauh lebih kuat dari tubuh kita orang dewasa. Bahkan untuk kegiatan yang ekstrim seperti mendaki gunung, ternyata anak-anak sanggup menjawab tantangan itu dengan baik.
Kapan Waktu yang Tepat??
Pertanyaan ini seringkali ditanyakan banyak orangtua. Aku sendiri sih merasa setiap orangtua punya standartnya masing-masing. Ada yang sudah berani membawa bayinya liburan ke pegunungan bahkan mendaki gunung atau bukit tapi ada yang masih “eman-eman” mengekspose buah hatinya di alam terbuka dengan berbagai alasan. Aku sendiri nggak berani terburu-buru juga, apalagi dengan kondisi Nadia yang punya asma. Awalnya di usia 2 tahunan kami membawa Nadia ke daerah pegunungan sekedar untuk mengenalkan lingkungan baru dan baru di usia 4 tahun kami mulai mendaki gunung.
Semua kembali lagi pada pertimbangan orangtua yang pastinya lebih tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Kalau sudah merasa siap untuk membawa si kecil berpetualang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar petualangan kita menyenangkan dan bebas masalah. Penasaran dong??? Yuk sini aku bisikin bocorannya.
1. One Step at a Time.
Seperti banyak banyak hal dalam hidup, kita harus memulainya selangkah demi selangkah. Mulai dari hal yang kecil kemudin bertahap naik tingkat. Begitu juga ketika traveling terutama bersama anak. Mulai dari hal yang sederhana dulu yang bisa dipahami dan dinikmati anak. Takutnya kalau ngikutin ambisi orangtua, anak-anak malah jadi trauma dengan hal yang berbau alam dan kapok diajak berpetualang lagi.
Mulai dari mengenalkan anak pada alam pegunungan dengan mengunjungi tempat wisata di pegunungan seperti perkebunan teh, mendaki bukit, baru deh mendaki gunung yang sesungguhnya.
2. Perhatikan Pilihan Waktu dan Cuaca Saat keberangkatan.
Merencanakan liburan bersama anak itu seru sekaligus tricky karena banyak hal yang harus diperhatikan termasuk memilih waktu keberangkatan. Menurut para pendaki sih naik gunung itu paling enak pas musim kemarau. Selain lebih medannya lebih bersahabat (nggak licin karena hujan), pemandangan jauh lebih indah di musim kemarau. Tapi musim kemarau di gunung biasanya jauh lebih dingin. Pemilihan waktu ini nantinya bakalan berhubungan dengan berapa banyak perbekalan (baju dan makanan) yang harus disiapkan.
Penting juga untuk survey akomodasi menuju lokasi. Kendaraan apa yang akan kita gunakan untuk menuju lokasi. Apakah untuk mencapai titik pendakian pertama kita harus melewati perjalanan jauh dulu yang bisa jadi bikin semangat anak kita jadi menurun bahkan bosan. Sebaiknya sih cari lokasi yang mudah dijangkau dengan mobil dan nggak terlalu lama untuk menjaga mood anak. Dengan begini juga stamina anak nggak terkuras sebelum waktunya.
3. Buat Checklist Barang Bawaanmu.
Bawa bayi traveling itu emang ribet, belum lagi bawaannya yang seabreg. Itu memang fakta tapi bukan berarti nggak bisa disiasati kan? Jangan lupa juga mempertimbangkan seberapa dingin cuaca di tekape karena akan mempengaruhi berapa banyak bawaan kita
Catat semua keperluan. Misalnya untuk pakaian hangat untuk anak, baju hangat harus lengkap dari mulai topi, earmuff (tutup telinga), shawl, jaket, sweater, kaos kaki, jas hujan, dan payung. Bawa sleeping bag yang tebal dan kualitasnya baik buat si kecil supaya tidurnya nyenyak.
Persiapan toiletries juga nggak kalah penting lho terutama popok. Lupain dulu deh toilet training toh di gunung nggak ada toilet. Daripada anak-anak merasa ngeri-ngeri syedap buang air di semak-semak mending sediakan popok supaya mereka merasa lebih nyaman.
Selalu bawa persediaan kantong plastik untuk menyimpan popok bekas dan sampah lainnya untuk kemudian dibuang saat turun gunung nanti.
4. Briefing Sebelum Berangkat.
This is a must for me, terutama kalau anak kita sudah cukup besar, misalnya usia TK. Jauh hari sebelum keberangkatan aku biasanya ajak si kecil browsing untuk menunjukkan lokasi yang akan kami tuju. Tunjukan foto keindahan gunung dan ceritakan kegiatana seru apa aja yang akan kita lakukan disana supaya dia jadi semangat dan nggak sabar menanti hari H. Dengan bercerita mengenai lokasi anak-anak akan aware tentang kondisi cuaca sembari kita terus menyemangati dan meyakinkan kalau mereka pasti bisa menyelesaikan petualangan ini.
5. Bawa Perbekalan yang Cukup.
Naik gunung bukan berarti stop minum susu. Namanya juga bocah pastinya nggak bisa jauh dari susu. Aku sih menganjurkan bawa UHT kemasan kecil supaya lebih praktis. Tapi kalau si kecil lebih memilih susu bubuk, bawa aja yang kemasan sachet jadi nggak ribet nakarnya. Jangan lupa bawa termos kecil yang ringan dan mudah dibawa-bawa.
Untuk makanan bawalah jenis makanan yang kalorinya tinggi tapi disukai anak-anak. Yup apalagi kalau bukan biscuit dan coklat mak. Works all the time for Nadia. Eh tapi kalau ada kesempatan memasak tetep si kecil dikasih asupan makanan yang cukup karena bagaimanapun asupan makanan itu akan memberikan energi yang cukup untuk mereka beraktivitas dan melawan udara yang dingin.
6. Ajaklah Orang yang Lebih Berpengalaman dan Menguasai Medan.
Terutama bila ini adalah kali pertama kunjungan kita ke lokasi. Dengan mengajak orang yang berpengalaman rasanya hati jadi lebih tentram aja. Kan mereka lebih paham medan daripada kita dan tentunya sudah siap dengan segala situasi. Selain itu, mengajak orang lain ikut berpetualang bisa jadi kesempatan untuk mengajarkan bersosialisasi pada si kecil.
Dua kali pengalaman mendaki kami mengajak teman yang sudah lebih berpengalaman. Kebetulan teman ini juga memang terbiasa jadi pemandu para pendaki gunung, jadi bisa sekalian sewa tenda dan perlengkapan mendaki lainnya.
7. Pertimbangkan menggunakan Jasa Porter.
Jangan merasa sok kuat deh. Naik gunung dengan membawa beban tubuh sendiri aja bukan hal mudah apalagi kalau si kecil tiba-tiba ngadat dan minta gendong? Alhasil kita jadi ketinggalan jauh dari rombongan dan jadwal yang sudah disepakati.
Kalau ingin menggendong si kecil sendiri gunakan kid carrier yang nyaman dan aman untuk punggung dan tulang belakang kita. Kalau bisa malah sewa porter untuk membawa semua barang kita sehingga kita tinggal focus sama si kecil. Bergantian menggendong antara emak dan bapak itu wajib hukumnya. Syukur-syukur kalau si anak mau digendong sama mas porter sekalian. Teteup ya tapi, jangan sampai si kecil lepas dari pengawasan kita.
8. Sadari Kemampuan Tubuh.
Orang dewasa aja bisa tumbang saat naik gunung apalagi si kecil. So jangan pasang target terlalu tinggi. Nikmati aja setiap langkahnya. Jauh tertinggal di belakang rombongan nggak apa-apa selama si kecil merasa nyaman. Ajak si kecil ngobrol untuk mengalihkan rasa lelah dan bosan selama pendakian. Dan kalau memang dia merasa lelah dan pengen beristirahat, maka berikanlah haknya. Sembari beristirahat kita bisa ambil foto si bocah sebanyak mungkin dengan berbagai background. Mumpung ada pemandangan yang keren jangan sampai dilewatkan. Foto-foto inilah yang nantinya akan jadi kenangan sampai mereka dewasa nanti.
9. P3K is a must.
Jangan pernah menyepelekan hal-hal kecil, terutama saat liburan bersama si kecil. Apalagi di kondisi dan cuaca yang cukup ekstrim, perbekalan obat harus memadai. Nadia sendiri punya asma sejak bayi, jadi semua obat asma Nadia jadi prioritas utama kami.
Selain itu bawa juga obat diare, obat flu, obat batuk, minyak kayu putih, salep anti peradangan atau luka, krim anti nyamuk atau anti gatal, vitamin, sunblock, obat merah, plester, dsb. Nggak kalah penting juga adalah membawa obat turun panas karena perubahan cuaca bisa membuat pertahanan tubuh jadi berkurang dan menyebabkan demam
Jeff Alt, penulis buku Get Your Kids Hiking: How to Start Them Young and Keep It Fun, mengatakan bahwa sebaiknya para orangtua membawa anaknya berpetualang di alam terbuka sejak dini. Tak perlu pergi jauh dulu, cukup dengan mengenalkan mereka pada alam dan membiarkan mereka mengamati secara langsung. Kegiatan di alam terbuka inilah yang kelak akan membuat mereka lebih mudah bersosialisasi dan peka terhadap lingkungan.
Setuju banget dengan pendapat Jeff Alt di atas. Ini bukan sekedar omongan belaka. Sebagai seorang ibu yang sudah terbiasa memboyong si kecil untuk traveling sejak bayi, aku sudah membuktikan berkali-kali bahwa tubuh anak-anak yang kelihatannya ringkih itu ternyata jauh lebih kuat dari tubuh kita orang dewasa. Bahkan untuk kegiatan yang ekstrim seperti mendaki gunung, ternyata anak-anak sanggup menjawab tantangan itu dengan baik.
Kapan Waktu yang Tepat??
Pertanyaan ini seringkali ditanyakan banyak orangtua. Aku sendiri sih merasa setiap orangtua punya standartnya masing-masing. Ada yang sudah berani membawa bayinya liburan ke pegunungan bahkan mendaki gunung atau bukit tapi ada yang masih “eman-eman” mengekspose buah hatinya di alam terbuka dengan berbagai alasan. Aku sendiri nggak berani terburu-buru juga, apalagi dengan kondisi Nadia yang punya asma. Awalnya di usia 2 tahunan kami membawa Nadia ke daerah pegunungan sekedar untuk mengenalkan lingkungan baru dan baru di usia 4 tahun kami mulai mendaki gunung.
Semua kembali lagi pada pertimbangan orangtua yang pastinya lebih tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Kalau sudah merasa siap untuk membawa si kecil berpetualang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar petualangan kita menyenangkan dan bebas masalah. Penasaran dong??? Yuk sini aku bisikin bocorannya.
1. One Step at a Time.
Seperti banyak banyak hal dalam hidup, kita harus memulainya selangkah demi selangkah. Mulai dari hal yang kecil kemudin bertahap naik tingkat. Begitu juga ketika traveling terutama bersama anak. Mulai dari hal yang sederhana dulu yang bisa dipahami dan dinikmati anak. Takutnya kalau ngikutin ambisi orangtua, anak-anak malah jadi trauma dengan hal yang berbau alam dan kapok diajak berpetualang lagi.
Mulai dari mengenalkan anak pada alam pegunungan dengan mengunjungi tempat wisata di pegunungan seperti perkebunan teh, mendaki bukit, baru deh mendaki gunung yang sesungguhnya.
2. Perhatikan Pilihan Waktu dan Cuaca Saat keberangkatan.
Merencanakan liburan bersama anak itu seru sekaligus tricky karena banyak hal yang harus diperhatikan termasuk memilih waktu keberangkatan. Menurut para pendaki sih naik gunung itu paling enak pas musim kemarau. Selain lebih medannya lebih bersahabat (nggak licin karena hujan), pemandangan jauh lebih indah di musim kemarau. Tapi musim kemarau di gunung biasanya jauh lebih dingin. Pemilihan waktu ini nantinya bakalan berhubungan dengan berapa banyak perbekalan (baju dan makanan) yang harus disiapkan.
Penting juga untuk survey akomodasi menuju lokasi. Kendaraan apa yang akan kita gunakan untuk menuju lokasi. Apakah untuk mencapai titik pendakian pertama kita harus melewati perjalanan jauh dulu yang bisa jadi bikin semangat anak kita jadi menurun bahkan bosan. Sebaiknya sih cari lokasi yang mudah dijangkau dengan mobil dan nggak terlalu lama untuk menjaga mood anak. Dengan begini juga stamina anak nggak terkuras sebelum waktunya.
3. Buat Checklist Barang Bawaanmu.
Bawa bayi traveling itu emang ribet, belum lagi bawaannya yang seabreg. Itu memang fakta tapi bukan berarti nggak bisa disiasati kan? Jangan lupa juga mempertimbangkan seberapa dingin cuaca di tekape karena akan mempengaruhi berapa banyak bawaan kita
Catat semua keperluan. Misalnya untuk pakaian hangat untuk anak, baju hangat harus lengkap dari mulai topi, earmuff (tutup telinga), shawl, jaket, sweater, kaos kaki, jas hujan, dan payung. Bawa sleeping bag yang tebal dan kualitasnya baik buat si kecil supaya tidurnya nyenyak.
Persiapan toiletries juga nggak kalah penting lho terutama popok. Lupain dulu deh toilet training toh di gunung nggak ada toilet. Daripada anak-anak merasa ngeri-ngeri syedap buang air di semak-semak mending sediakan popok supaya mereka merasa lebih nyaman.
Selalu bawa persediaan kantong plastik untuk menyimpan popok bekas dan sampah lainnya untuk kemudian dibuang saat turun gunung nanti.
4. Briefing Sebelum Berangkat.
This is a must for me, terutama kalau anak kita sudah cukup besar, misalnya usia TK. Jauh hari sebelum keberangkatan aku biasanya ajak si kecil browsing untuk menunjukkan lokasi yang akan kami tuju. Tunjukan foto keindahan gunung dan ceritakan kegiatana seru apa aja yang akan kita lakukan disana supaya dia jadi semangat dan nggak sabar menanti hari H. Dengan bercerita mengenai lokasi anak-anak akan aware tentang kondisi cuaca sembari kita terus menyemangati dan meyakinkan kalau mereka pasti bisa menyelesaikan petualangan ini.
5. Bawa Perbekalan yang Cukup.
Naik gunung bukan berarti stop minum susu. Namanya juga bocah pastinya nggak bisa jauh dari susu. Aku sih menganjurkan bawa UHT kemasan kecil supaya lebih praktis. Tapi kalau si kecil lebih memilih susu bubuk, bawa aja yang kemasan sachet jadi nggak ribet nakarnya. Jangan lupa bawa termos kecil yang ringan dan mudah dibawa-bawa.
Untuk makanan bawalah jenis makanan yang kalorinya tinggi tapi disukai anak-anak. Yup apalagi kalau bukan biscuit dan coklat mak. Works all the time for Nadia. Eh tapi kalau ada kesempatan memasak tetep si kecil dikasih asupan makanan yang cukup karena bagaimanapun asupan makanan itu akan memberikan energi yang cukup untuk mereka beraktivitas dan melawan udara yang dingin.
6. Ajaklah Orang yang Lebih Berpengalaman dan Menguasai Medan.
Terutama bila ini adalah kali pertama kunjungan kita ke lokasi. Dengan mengajak orang yang berpengalaman rasanya hati jadi lebih tentram aja. Kan mereka lebih paham medan daripada kita dan tentunya sudah siap dengan segala situasi. Selain itu, mengajak orang lain ikut berpetualang bisa jadi kesempatan untuk mengajarkan bersosialisasi pada si kecil.
Dua kali pengalaman mendaki kami mengajak teman yang sudah lebih berpengalaman. Kebetulan teman ini juga memang terbiasa jadi pemandu para pendaki gunung, jadi bisa sekalian sewa tenda dan perlengkapan mendaki lainnya.
7. Pertimbangkan menggunakan Jasa Porter.
Jangan merasa sok kuat deh. Naik gunung dengan membawa beban tubuh sendiri aja bukan hal mudah apalagi kalau si kecil tiba-tiba ngadat dan minta gendong? Alhasil kita jadi ketinggalan jauh dari rombongan dan jadwal yang sudah disepakati.
Kalau ingin menggendong si kecil sendiri gunakan kid carrier yang nyaman dan aman untuk punggung dan tulang belakang kita. Kalau bisa malah sewa porter untuk membawa semua barang kita sehingga kita tinggal focus sama si kecil. Bergantian menggendong antara emak dan bapak itu wajib hukumnya. Syukur-syukur kalau si anak mau digendong sama mas porter sekalian. Teteup ya tapi, jangan sampai si kecil lepas dari pengawasan kita.
8. Sadari Kemampuan Tubuh.
Orang dewasa aja bisa tumbang saat naik gunung apalagi si kecil. So jangan pasang target terlalu tinggi. Nikmati aja setiap langkahnya. Jauh tertinggal di belakang rombongan nggak apa-apa selama si kecil merasa nyaman. Ajak si kecil ngobrol untuk mengalihkan rasa lelah dan bosan selama pendakian. Dan kalau memang dia merasa lelah dan pengen beristirahat, maka berikanlah haknya. Sembari beristirahat kita bisa ambil foto si bocah sebanyak mungkin dengan berbagai background. Mumpung ada pemandangan yang keren jangan sampai dilewatkan. Foto-foto inilah yang nantinya akan jadi kenangan sampai mereka dewasa nanti.
9. P3K is a must.
Jangan pernah menyepelekan hal-hal kecil, terutama saat liburan bersama si kecil. Apalagi di kondisi dan cuaca yang cukup ekstrim, perbekalan obat harus memadai. Nadia sendiri punya asma sejak bayi, jadi semua obat asma Nadia jadi prioritas utama kami.
Selain itu bawa juga obat diare, obat flu, obat batuk, minyak kayu putih, salep anti peradangan atau luka, krim anti nyamuk atau anti gatal, vitamin, sunblock, obat merah, plester, dsb. Nggak kalah penting juga adalah membawa obat turun panas karena perubahan cuaca bisa membuat pertahanan tubuh jadi berkurang dan menyebabkan demam
Komentar
Posting Komentar