Kegiatan pendakian gunung sejatinya adalah sebuah kegiatan tim atau bersama. Hal itu dikarenakan kita harus memperhitungkan segala aspek resiko yang mengikuti kegiatan pendakian gunung ini. Akan tetapi tidak sedikit pula yang melakukan kegiatan pendakian gunung ini secara individu atau solo. Dari kedua tipe pendakian gunung tersebut (tim dan solo) masing-masing memiliki keuntungan dan kerugiannya. Masing-masing memiliki sensasi tersendiri dan masing-masing memiliki tujuan yang sama, selain puncak gunung, adalah tujuan melatih dan mengasah kemampuan diri serta menempa fisik dan mental serta kepribadian. Berikut akan saya ulas secara singkat mengenai dua tipe pendakian tersebut.
Pendakian Tim.
Seperti yang sudah di singgung di atas, kegiatan pendakian gunung diikuti oleh berbagai aspek resiko. Aspek resiko tersebut diantaranya adalah resiko subyektif dan resiko obyektif. Resiko subyektif merupakan aspek resiko yang bersumber dari diri sendiri atau pelaku kegiatan pendakian gunung tersebut. Diantaranya adalah kurang fit nya kondisi kebugaran, kurangnya pengetahuan tentang Tehnik Hidup Alam Bebas yang berimbas pada hal-hal berbahaya seperti tersesat dan lain-lain. Sedangkan resiko obyektif adalah aspek resiko yang bersumber dari luar pelaku kegiatan pendakian gunung. Diantaranya adalah kondisi alam, cuaca, bencana, hewan liar, dan lain-lain. Kedua aspek resiko tersebut (subyektif dan obyektif) sangat berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dan dari segala hal tentang resiko tadi akan lebih mudah dihadapi dan diatasi dengan cara kerja sama tim (teamwork).
Dalam sebuh perjalanan pendakian gunung secara berkelompok, kita bisa mengatur manajemen perjalanan sedemikian rupa, membagi tugas kepada masing-masing anggota tim, seperti contohnya siapa yang bertanggung jawab sebagai leader tim (pemimpin) siapa yang bertugas sebagai sweeper atau bagian belakang yang memiliki tanggung jawab memastikan seluruh anggota tim sampai pada tujuan dalam kondisi sehat dan selamat, siapa yang bertugas sebagai penanggung jawab medis, siapa yang bertugas sebagai penanggung jawab keuangan, logistik, dan lain-lain. Dan semua unsur di atas bisa dengan mudah dilakukan atau diatasi dengan kerja sama tim, artinya segala hal yang berkaitan dengan kesehatan, keselamatan dan kelancaran perjalanan menjadi lebih mudah dan ringan karena semua tugas dilakukan secara kolektif.
Pendakian tim juga memiliki keuntungan berupa kita bisa melakukan perjalanan dengan lebih menyenangkan, karena kita tidak sendirian, ada teman untuk diajak ngobrol, bercanda dan lain-lain, dan hal tersebut terbukti ampuh untuk menghilangkan penat dan lelah selama menempuh perjalanan pendakian gunung yang cukup berat. Akan tetapi ada beberapa hal juga yang perlu diperhatikan dan seringkali menjadi penghambat dalam kegiatan pendakian gunung secara berkelompok atau tim.
Hal-hal yang sering terjadi antara lain, kurangnya komunikasi antar anggota tim, kurangnya saling pengertian satu sama lain dan sikap egois yang terlalu tinggi sehingga merugikan anggota tim lainnya. Komunikasi memang menjadi hal yang sangat penting dan utama dalam suatu koordinasi kelompok. Komunikasi di sini bukan sekedar berbicara saja, tetapi berbicara dengan benar dan pintar. Dalam kaitannya dengan kerja sama tim, komunikasi harus selalu terjaga secara intens dan berkualitas, sebagai contohnya, segala hal yang berkaitan dengan manajemen perjalanan, keselamatan, dan lain-lain harus selalu dikomunikasikan.
Seorang leader harus bisa menjalin komunikasi dan menjadi pemimpin yang baik terhadap kelompoknya. Meskipun terkadang demokrasi tidak berlaku ketika sudah menyangkut keselamatan, tetapi hal-hal yang bersikap antisipatif harus bisa dibicarakan bersama, demi kebaikan seluruh anggota tim. Segala yang bersifat halangan dan tantangan bisa didiskusikan untuk mendapatkan jalan keluar terbaik. Seorang leader harus bisa mempertimbangkan pendapat dan ide dari anggota tim lainnya, serta harus bisa mengesampingkan ambisi pribadi demi kebaikan seluruh tim. Seringkali hal tersebut gagal dilakukan dalam pendakian gunung secara berkelompok.
Faktor yang mempengaruhi ada berbagai macam, diantaranya adalah ketidak percayaan anggota tim terhadap pemimpinnya, ego yang terlalu tinggi dari anggota tim sehingga merasa lebih baik daripada leadernya tetapi tidak bersedia menjadi leader, entah apapun alasannya, kurang bisa mengerti satu sama lain, entah itu secara kepribadian atau karakter, kurang bisa memahami kelebihan dan kekurangan anggota tim lainnya, serta kurang mengenal satu sama lain sebelumnya.
Segala hal yang berkaitan dengan halangan dalam pendakian gunung secara tim tersebut memang sangat bisa diatasi, tetapi kemungkinan tersebut selalu bisa terjadi, berbeda dengan pendakian solo, karena kita melakukannya sendiri, jadi tidak akan pernah terjadi perdebatan. Satu hal lagi, dalam kegiatan pendakian gunung secara tim kita juga bisa belajar berorganisasi karena kita harus melakukan segala sesuatu secara bersama-sama.
Pendakian Solo.
Sesuai dengan namanya, kegiatan pendakian solo merupakan kegiatan pendakian yang dilakukan secara individu atau sendirian. Jadi segala sesuatu dilakukan seorang diri oleh pelaku kegiatan pendakian gunung tersebut. Lantas apakah ada bedanya dengan berangakat sendirian dari rumah tetapi nanti di lokasi kita mencari barengan? Kalo menurut pemahaman saya jelas berbeda. Kegiatan pendakian solo adalah sebuah kegiatan pendakian yang benar-benar dilakukan secara individu, baik sejak berangkat dari rumah, selama perjalanan, sampai di lokasi hingga kembali lagi ke rumah. Jadi kita yang melakukan kegiatan pendakian gunung secara solo benar-benar sepenuhnya bertanggung jawab terhadap diri sendiri tanpa merepotkan bahkan merugikan orang lain. Seperti halnya dengan kegiatan pendakian secara tim, pendakian solo juga memiliki keuntungan dan kerugian sendiri, berikut akan kita ulas secara singkat.
Beberapa keuntungan kegiatan pendakian solo adalah
1. Kesehatan secara spiritual.
Kegiatan pendakian secara solo bisa meningkatkan kesehatan kita secara spiritual, hal itu bisa kita dapatkan karena pada saat kita sendirian kita memiliki banyak waktu untuk merenung sendiri, melihat lebih dalam ke dalam diri kita sendiri, hingga bisa bermeditasi untuk meningkatkan kualitas mental dan kepribadian karena tidak adanya gangguan dari orang lain di sekitar kita
2. Peningkatan Kemampuan Teknis.
Dalam kegiatan pendakian secara solo kita dituntut untuk meningkatkan kemampuan teknis kita, baik itu kemampuan hidup di alam bebas, kemampuan menyediakan makanan sendiri, kemampuan mempersiapkan lokasi istirahat atau camp sendirian dan lain-lain. Karena dalam kegiatan pendakian solo kita benar-benar bertanggung jawab terhadap diri sendiri, maka kita tidak bisa menggantungkan diri kepada orang lain baik dalam hal kenyamanan maupun keamanan. Dan jangan pernah melakukan kegiatan pendakian secara solo jika kita belum yakin menguasai ilmu-ilmu teknis kegiatan pendakian.
3. Menentukan Interval Kecepatan Sendiri.
Dalam kegiatan pendakian gunung secara tim, kita harus mengesampingkan ambisi pribadi untuk berjalan lebih cepat meskipun kita memiliki kemampuan untuk itu. Dalam pendakian secara tim, kita harus berjalan mengikuti anggota tim yang paling lemah, secara otomatis meski kita memiliki kemampuan lebih, kita harus berjalan lebih lambat, karena sebagai tim kita harus menyesuaikan dan bisa memahami kondisi dari seluruh anggota tim. Berbeda dengan kegiatan pendakian secara solo, kita dengan leluasa bisa menentukan sendiri seberapa cepat kita akan berjalan, kapan waktu untuk berhenti dan beristirahat, kapan waktu untuk camp, kapan waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan pendamping lainnya seperti dokumentasi maupun penelitian tanpa terganggu dengan situasi dan kondisi dari orang lain.
4. Fleksibilitas.
Dalam kegiatan pendakian solo kita bebas merubah jadwal yang sudah kita tentukan sendiri karena tidak akan berpengaruh terhadap orang lain, seperti merubah kecepatan perjalanan, merubah jadwal istirahat, merubah jadwal camp, jadwal pulang, dan lain-lain. Kita bebas menentukan sendiri sesuai dengan kapasitas kemampuan dan perlengkapan kita.
5. Tantangan.
Dalam pendakian solo kita bebas mendorong seluruh kemampuan diri kita hingga ke batasnya atau bahkan melebihinya, seperti halnya kita bisa mendorong dengan berjalan lebih cepat dan semakin cepat hingga kita menemui batas kemampuan kita. Hal ini juga bermanfaat untuk melatih kemampuan diri kita.
6. Berteman Dengan Rasa Takut.
Setiap orang pasti memiliki rasa takut dalam dirinya. Dengan melakukan kegiatan pendakian secara solo, kita bisa mendekat pada batas rasa takut kita, mengahadapi hingga berkawan dengan rasa takut itu sendiri dan pada akhirnya akan bermanfaat pada peningkatan mental.
7. Bersahabat Dengan Alam.
Hanya dalam kegiatan pendakian secara solo kita akan bisa jauh lebih dekat dengan alam. Berbeda dengan kegiatan pendakian secara tim, mungkin kita akan kehilangan moment bertemu dengan satwa liar, memahami dan menikmati aroma lumut, menikmati indahnya hujan dan lain lain. Karena ketika kita berada di tengah hutan atau gunung dengan anggota kelompok yang banyak, maka unsur-unsur alam seperti hewan liar akan enggan mendekati kita karena mereka juga memiliki rasa takut untuk bertemu sekelompok manusia.
8. Bertanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri.
Dengan melakukan kegiatan pendakian secara solo kita bisa mengatakan kepada diri kita bahwa “saya melakukannya sendiri”. Artinya segala sesuatu yang kita lakukan dalam kegiatan pendakian solo adalah sebuah pertanggung jawaban terhadap diri sendiri, baik itu sukses maupun gagal. Sehingga nantinya bisa menjadi bahan evaluasi diri dan untuk peningkatan kualitas diri.
Sedangkan hal-hal yang menjadi kerugian atau yang perlu dijadikan perhatian khusus dalam kegiatan pendakian secara solo antara lain
1. Rasa Sepi.
Karena kita melakukan kegiatan pendakian gunung ini secara individu maka sudah jelas sekali kita akan menghadapi rasa kesepian yang cukup besar. Berada di tengah hutan atau gunung sendirian jelas sangat berbeda dengan mengurung diri di dalam kamar atau berada di rumah sendirian selama berhari-hari. Dalam kesendirian kita di tengah alam bebas kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang sangat berbeda karena kita berada jauh dari peradaban. Mendengarkan musik, membaca buku dan melakukan kegiatan pendamping lainnya seperti misi tambahan seperti penelitian atau dokumentasi mungkin bisa menjadi kegiatan untuk membunuh rasa sepi itu, tetapi seberapa kuatkah kita akan menghadapinya?? Beberapa yang sudah melakukan kegiatan pendakian solo bisa memberikan pemahaman yang berbeda-beda seperti contohnya pengalaman dari Andriyana berikut (buka link).
2. Serangan Mental.
Dengan adanya orang lain di sekitar kita mungkin akan bisa sangat membantu ketika kita sedang merasa down atau tertekan. Mereka akan menjadi motivator dan penghibur ketika kita merasakan hal yang tidak mengenakkan seperti kelelahan, cidera, sedih dan lain-lain. Tetapi akan sangat berbeda ketika kita sedang sendirian, motivator bagi diri kita hanyalah diri sendiri, alam dan keyakinan. Apakah kita akan sanggup mengatasinya??
3. Beban Berat.
Dalam pendakian solo kita dituntut untuk memenuhi segala kebutuhan kita selama pendakian secara individu. Secara otomatis segala peralatan dan perlengkapan harus kita bawa sendiri dan tentu saja beban yang dibawa akan semakin berat. Dan itu tentu saja akan mempengaruhi kondisi fisik kita.
Unsur bahaya lainnya dari kegiatan pendakian secara solo antara lain
1. Tersesat.
Dalam kegiatan pendakian solo, kemungkinan tersesat akan sangat besar. hal ini bisa disebabkan karena tidak adanya pembagian tugas untuk selalu melakukan pengecekan pada peta atau GPS. Karena kita melakukan kegiatan pendakian sendirian, maka konsentrasi kita akan susah untuk terbagi untuk hal-hal lainnya padahal itu sangatlah penting. Dalam kegiatan pendakian solo sebaiknya harus selalu berkonsentrasi dan sering-seringlah berhenti untuk melakukan orientasi medan. Apakah kita tetap berada di jalur yang benar atau sudah melenceng dari jalur pendakian yang seharusnya. Tentu saja hal ini bisa tidak berlaku ketika kita sudah bertemu dengan banyak pendaki lainnya karena kita bisa saling sapa dan memastikan kita tetap berada di jalur pendakian yang benar.
2. Bahaya Dari Manusia Lain.
Karena kita melakukan perjalanan sendirian maka secara otomatis tidak ada orang lain atau teman lainnya yang bisa diandalkan untuk saling menjaga dari gangguan manusia lain. Gangguan ini bisa dalam bentuk pemaksaan, perampokan, perampasan dan lain-lain yang berkaitan dengan tindak kriminal. Terutama bagi pendaki solo wanita, hal ini tentu sangat berbahaya. Tetap waspada terhadap lingkungan sekitar, berbaur dan ramah terhadap penduduk lokal serta tetap menyimpan kontak-kontak darurat seperti kepolisian yang sewaktu-waktu bisa dihubungi jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
3. Binatang Buas.
Saat berada di alam bebas sendirian, tentu saja gangguan dari binatang buas sangat memungkinkan terjadi. Secara naluri binatang itu takut dengan manusia, tetapi ketika mereka merasa terganggu dan berada dalam posisi superior maka sangat memungkinkan hewan tersebut akan menyerang. Sebaiknya tetap waspada dan hindari lokasi yang memungkinkan tempat hewan-hewan tersebut beraktifitas atau melintas.
4. Bencana Alam.
Alam tempat kita melakukan kegiatan pendakian tentu saja tidak akan selamanya ramah. Terkadang ada hal tidak terduga yang tidak bisa diprediksi sebelumnya seperti tanah longsor, badai, gempa bumi, gunung meletus, air bah, dan lain-lain. Akan sangat berbahaya ketika kita sendirian di alam bebas dan menghadapi bencana seperti itu karena tidak akan ada orang lain yang sewaktu-waktu bisa membantu dan menolong kita. Carilah info sebanyak-banyaknya tentang kondisi cuaca, kondisi medan, perubahan kontur dan tekstur tanah, serta prakiraan cuaca secara berkala. Meski kita tidak akan pernah bisa melawan kehendak alam, tetapi setidaknya kita sudah melakukan antisipasi dengan mengetahui perkiraan kondisi alam yang akan kita datangi. Jika dirasa berbahaya, maka sebaiknya pertimbangkan lagi untuk tetap melakukan perjalanan.
5. Kecelakaan.
Kegiatan pendakian gunung merupakan salah satu aktifitas berat yang penuh dengan resiko. Orang biasa menyebutnya dengan kegiatan ekstrim. Resiko kecelakaan tentu saja sangat memungkinkan terjadi. Sebaiknya cek dan ketahui kondisi tubuh, kondisi mental, peralatan dan perbekalan dan lain-lain sehingga kita bisa menghindari terjadinya kecelakaan yang bisa mengakibatkan cidera. Lakukan latihan fisik secara berkala, dan lakukan pemanasan untuk meregangkan otot sebelum memulai perjalanan. Akan sangat berbahaya jika kita mengalami kecelakaan sementara kita hanya sendirian di alam bebas tanpa ada orang yang bisa menolong kita.
Demikian sedikit ulasan tentang kegiatan pendakian secara tim dan solo. Kedua tipe pendakian tersebut memliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Terserah pada diri kita sendiri ingin melakukan kegiatan pendakian gunung yang mana yang terpenting adalah tetap menjaga konsentrasi, menjaga keselamatan baik diri sendiri maupun orang lain serta tetap ramah terhadap lingkungan yang kita datangi. Sehingga kita bisa mendapatkan kesan terbaik dalam setiap perjalanan yang kita lakukan, entah itu tim maupun solo.
Komentar
Posting Komentar