Curhatan seorang Istri, Tak kuduga Suami Khianat






               Sebelum saya menmgutarakan kesulitan terlebih dahulu mohon maaf dan terima kasih. Adapun kesulitan sebagai berikut : saya telah berumah tangga sejak lima tahun yang lalu. Saya punya anak laki-laki usianya empat tahun. Dahulu saya memilih dia sebagai suami karena tertarik pada tingkah lakunya yang baik, dia sabar, jujur dan taat beragama. Oleh sebab itu perbedaan pendidikan saya anggap soal keduda, dia lulusan SLTA dan saya lulusan Akademi. Walaupun demikian pihak keluarga merestui hubungan kami sampai menjadi suami istri.
                Suamiku baik dimata keluarga, saudara-saudaraku, tetangga, teman sekerjanya. Teman sekerja saya pun menilai suami saya orang baik. Sebelum maslah ini terbongkar kami merasa bahagia, karena masalah ekonomi cukup. Kami bekerja satu instansi tapi suamiku dinas keluar kota seminggu dalam satu bulan, dan apabila tidak keluar kota 3 hari sekali piket 24 jam dan seharinya lepas kerja tinggal dirumah.
                Selama dia sering keluar kota saya kadang mencurigai tapi karena prinsip saya harus saling mempercayai, lagipula saya tau dia taat bergama bahkan setiap pergi keluar kota selalu membawa sajadah. Jadi, saya punya fikiran tidak mungkin dia berbuat seperti yang tidak diharapkan. Lagipula orang tua dan keluarga dia taat beragama.
                Tepat pada tanggal 17 Agustus ketika suamiku lagi piket datang seorang tamu menanyakan suamiku. Tamu itu di tanya masalahnya tidak mau mengatakan bahkan setelah saya memperkenalkan sebagai istrinya tamu itu ketus sehingga menimbulkan kecurigaan. Malamnya suamiku pulang piket, saya desak menanyakan kepada suamiku, tamu itu siapa, awalnya dia tidak mau membicarakannya. Dia saya ancam akhirnya terus terang. Astaghfirullah al-‘azhim bagai petir ditengah hari dia terus terang telah menyeleweng dan telah menikah di pastur. Badanku menggigil karena perempuan yang minta tanggung jawab itu seorang nasrani. Suamiku mengaku menikahi dia karena gadis tersebut telah berbadan dua sehingga saya diancam kakak perempuannya. Perasaanku waktu itu sakit, marah dan entah apalagi pokoknya hancurlah perasaan saya. Tak kusangka suamiku yang suka berlaku baik dan sayang tahunya berkhianat.
                Dikantor saya berusaha seperti tak ada kejadian apa-apa. Selama seminggu tak bisa makan dan tidur. Seminggu kemudian saya pergi ke seorang kiyai yang memimpin sebuah pesantren, disitu suamiku mengakui kesalahan dia sadar dan ingin bertaubat katanya kejadian itu tidak disengaja dan dia tidak mau menceraikan saya. Selain petunjuk doa dari pak kiyai, saya disitu diceraikan dan seminggu kemudian kami dinikahkan kembali dengan ketentuan seperti ketika kami dulu nikah.
                Selama itu kami belum mengadu baik ke mertua maupun ke orang tua. Kemudian kami dengan sahabatku pergi ke perempuan itu di Jawa tengah untuk menyelesaikan perceraian. Sesampainya disana saya masih bisa menguasai emosi, orang tuanya mengaku salah atas perbuatan anaknya dan pihak sanapun mengharapkan kami rukun kembali karena suamiku telah melakukan pemalsuan nama.
                Mamah Dodoh yang terhormat. Saya mohon nasihat sebagai berikut :
  1. Ikut berdosakah saya karena saya tetap menjadi istri dari suami yang telah berbuat nista itu ?
  2. Murtadkah suamiku karena pernah membuat pernyataan masuk kristen, walaupun tetap dia melakukan Sholat 5 waktu bahkan kalau di rumah suami Sholat berjamaah.
  3. Bagaimana caranya supaya kami bisa hidup seperti sebelum suamiku tergoda dan bagaimana sikap saya untuk mempercayai dia dan bagaimana membuktikan dia bahwa masih mencintai saya dan anaknya ?
  4. Cara apa yang harus saya lakukan untuk menghilangkan bayangan perbuatan suamiku yang tercela itu, karena selalu menghantui kami apalagi kalau suamiku meminta hubungan suami istri, sehingga saya tak mau melayani karena merasa jijik dan benci terhadap suamiku.
  5. Seumpama saya nanti mempunyai anak perempuan, akankah terjadi hukum karma ?    
Mamah Dodoh menjawab :
Ananda sayang, mamah terharu sekali membaca cerita anda. Perkawinan baru seumur jagung telah dilanda badai. Namun anda cukup rasional dan tangguh menghadapi badai. Rupanya bekal pendidikan akademis bermanfaat membuat anda tahan uji dan tidak kehilangan arah menilai situasi demikian gawatnya. Mamah berdoa semoga Allah SWT selalu membimbing anda.
                Memang dalam kehidupan serba modern sekarang ini terlalu banyak kasus seperti yang anda alami, isinya sama dalam versi berbeda. Rupanya aspek modernisasi adakalanya bertolak belakang dengan akhlaq islam sering membuat orang kebingungan dan sesat bila imannya terlalu tipis, perangkat hidup modern membuat orang kadang menampilkan sifat libidonya dalam hubungan laki-laki dan perempuan sarana dan fasilitas aneka ragam membuat orang merasa rugi bila tidak memanfaatkanya. Oleh sebab itu jalan terbaik untuk membentengi diri dan keluarga dari desakan berbagai godaan itu adalah baik dan berbuat amal saleh hidup sebanyak mungkin.
                Selanjutnya jawaban dari pertanyaan Mamah coba untuk menjawab dengan beberapa hal yang akan mamah sampaikan :
                Pertama, ananda tidak ikut berdosa dalam kaitan dalam berbagai perbuatan suami Anda. Al-Qur’an mengajarkan bahwa dosa seseorang tak dapat dipikul oleh orang lain. Oleh sebab dihadapan Allah, suami dan istri bertanggung jawab masing-masing sesuai amalnya di dunia dalam QS 17 : 7 : “jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri” malah anda akan mendapat pahala di Akhirat kelak sebab dapat meluruskan jalan hidup suami sebagai seorang muslim.
                Kedua, membaca kisah anda disimpulakn bahwa suami anda hanya berpura-pura masuk kristen sekedar mendapatkan gadis itu. Coba lihat saja, namanyapun dipalsukan. Dan secara yuridis sebenernya tidak sah perkawinannya sebab dengan nama palsu dan identitas palsu, lalu perkawinanya juga menjadi palsu. Dari segi undang-undang perkawinan jelas tidak sah perkawinan itu.
                Ketiga, cara melupakan kasus kenakalan suani anda antara lain sikapi peristiwa itu secara rasional, ya orang bisa salah, manusialah namanya, yang penting orang itu tidak berkali-kali jatuh dalam tempat itu-itu juga. Lihat peristiwa itu secara santai, jangan terlalu serius apalagi di dramatisir seperti drama telenovela nanti akan membuat anda semakin mendalam rasa sedihnya, toh ia sudah berlalu, jangan emosional, nanti rusak kesehatan anda. Sekarang yang penting anda lakukan ialah mawas diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri anda.
                Keempat, coba lihat kelebihan suami, jangan hanya kekurangannya saja yang dilihat. Karena setiap orang punya kelebihan disamping kekurangannya. Kemudian sempurnakan penampilan, rawat diri baik-baik, lupakan apa yang telah terjadi dan perbanyak positif di tengah masyarakat terutama lingkungan kita serta tingkatkan amal ibadah.
                Kelima, kalau permasalahannya sudah sampai pada puncak, pelihara martabat sebagai manusia akademis sendiri, tidak satu lelaki di dunia ini dan juga tidak satu perempuan, perkawinan adalah untuk surga bersama bukan sebagai neraka, perkawinan untuk kebahagiaan bukan penderitaan. Ananda masih muda belia, masih panjang perjalanan dunia dan masih banyak upaya yang dapat dicapai, tegakkan kepala menyongsong hari eok.
                Keenam, dalam islam tidak kenal hukum karma, itu kepercayaan Hinduistis. Yang penting nanda yaqin ialah apabila kita selalu beramal saleh sepanjang hidup kita InsyaAllah Yang Maha Kuasa memelihara kita dan keturunan kita dan keturunan kita seterusnya.
                Ketujuh, demikian sebagai bahan pertimbangan, semoga nanda lebih mantap menatap masa depan, jangan menangis karena menangis akan merusak diri dan membuat gelapnya hari mendatang. Tersenyumlah kapanpun dan dimanapun agar beban berat menjadi ringan dan nikmat, karunia Allah dapat kita syukuri secara sempurna. “susungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Q.S. Ibrohim : 7). Semoga kita termasuk ke dalam glongan yang mampu bersyukur.
aaminnnn

Komentar