Mengelola pakaian saat mendaki gunung



Taman Nasional Gunung Salak Halimun adalah gunung pertama yang saya pijak saat mulai memasuki dunia hiking. Seperti pendakian pada umumnya, satu minggu sebelum keberangkatan saya menerima daftar barang yang harus dibawa, baik yang bersifat kelompok, maupun barang pribadi.
Saya masih ingat betul dengan 5 barang teratas yang ada pada daftar, yakni : carrier, jaket, sepatu, jas hujan dan pakaian ganti seperlunya.
Karena masih sangat awam, saya tidak tahu kriteria pakaian yang cocok untuk dibawa ke gunung, yang saya tahu berdasarkan cerita para senior, malam di puncak itu sangat dingin.
Berbekal informasi tersebut dengan percaya diri saya mengisi setengah dari tas carrier ukuran 70 liter dengan pakaian hanya untuk tiga hari berada di hutan.
Baju yang saya gunakan terbuat dari wool hangat dengan celana jeans hitam dan jaket tebal.
Hal ini rupanya berdampak sangat buruk ketika tim kami harus menerobos rapatnya vegetasi hutan Gunung Salak pada malam hari dengan ditemani rintik hujan yang mengguyur semenjak base camp hingga Kawah Ratu.
Pakaian yang saya harapkan akan memberi kenyamanan selama pendakian justru menjelma menjadi momok menyeramkan yang hampir mencabut nyawa dengan ancaman bahaya hypothermia.
Seiring berjalannya waktu, saya pun semakin sering mendapat pelajaran dari para senior dan pengalaman mengenai tips mengelola pakaian yang ideal saat akan mendaki gunung.
Kesemuanya sudah saya terapkan pada saat mendaki Merbabu juga Gede Pangrango dan terbukti jauh lebih efisien jika dibandingkan dengan pengalaman perdana saya saat di Gunung Salak.
Untuk itu dalam artikel kali ini saya bermaksud membagikan tips berdasarkan pengalaman pribadi, beberapa di antaranya adalah.
1. Tentukan lama perjalanan.
Ini penting, karena ada beberapa gunung yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai puncak, berhari-hari bahkan.
Agropuro misalnya, total waktu yang dibutuhkan untuk naik-turun adalah sekitar 6-7 hari.
Untuk pendakian selama itu, bagi saya 3 pasang pakaian sudah lebih dari cukup. Satu untuk dikenakan saat perjalanan, satu untuk cadangan ketika basah oleh hujan, sedangkan satu lagi untuk persiapan ganti saat dalam keadaan darurat.
2. Selektif memilih bahan.
Saat ini ada banyak sekali jenis bahan yang dijadikan pakaian. Model dan desain yang disuguhkan pun sangat beragam.
Untuk itu saya menjadi sangat selektif terhadap bahan yang akan saya kenakan ketika saya berencana mendaki gunung.
Pakaian dengan bahan fleece dan wool memang hangat dan mampu menyerap keringat dengan baik, namun perlu diketahui bahwa kedua bahan ini sulit menguapkan kembali keringat yang sudah terserap tersebut.
Masih ingat betul bagaimana baju wool yang saya kenakan saat di Gunung Salak tersebut menjadi sangat berat ketika basah oleh keringat yang bercampur hujan.
Bahan pakaian yang banyak dianjurkan adalah polyesters, acrylics atau bahan ripstop yang sudah teruji handal untuk dijadikan kemeja lapang.
3. Tahu saat paling tepat untuk mengenakannya.
Setiap bahan memang memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri. Seperti fleece dan wool yang telah saya jabarkan di atas, bukan berarti kedua bahan ini terlarang.
Saya tetap membawa salah satunya untuk digunakan sebagai lapisan tambahan sebelum mengenakan jaket setelah tiba di lokasi camping untuk beristirahat.
Sedangkan ketika berjalan, saya memilih mengenakan base layer tipis berbahan seperti jersey bola ataupun kemeja lapang yang ringan.
Jaket pun hanya dikenakan ketika sedang bermalam, tidak terbayang rasanya pakaian menjadi lengket karena keringat yang terperangkap dalam jaket setelah seharian bermandikan peluh sedang besok masih harus mengenakannya lagi.
4. Mengemas dengan efisien.
Saya sadar ada banyak sekali cara untuk mengemas pakaian, namun ketika sedang mendaki, efisiensi tempat dan waktu menjadi krusial.
Melipat dengan cara seperti yang biasa saya lakukan di lemari rumah mungkin mengemat tempat, tetapi ketika harus berjejal dengan barang bawaan lain di dalam carrier, pakaian tersebut akan menjadi mudah kusut dan agak menyulitkan ketika akan mengambilnya kembali.
Untuk itu bagi saya cara yang paling baik adalah dengan menggulungnya seperti sleeping bag. Setelah semuanya beres, saya biasa memasukkannya ke dry bag atau kantung plastik yang tahan air terlebih dahulu sebelum menjejalkannya bersama barang lain dalam ransel. Ini berfungsi untuk menghindari agar pakaian yang aka saya kenakan tidak basah saat air hujan berhasil menembus tas.
***
Mendaki gunung tergolong olahraga berat. Membutuhkan persiapan dan perlengkapan penunjang yang baik untuk mengarungi beratnya medan.
Namun, hal tersebut bukan lantas menjadi alasan saya tidak dapat tampil menarik saat hiking.
Dengan selektif memilih pakaian yang akan dikenakan ketika hiking, saya bisa tetap tampil optimal dan nyaman selama perjalanan, hingga pulang kembali ke rumah dengan aman.
Bukankah tujuan dari setiap perjalanan adalah agar bisa kembali pulang?

Komentar